Pedang
Meski begitu terdapat pedang dari emas yang digunakan sebagai hiasan saja.
Untuk latihan biasanya pedang kayu yang digunakan, meski pedang dari kayu keras
masih berbahaya. Senjata serupa pedang dan tombak yang menggunakan bilah obsidian
digunakan oleh suku-suku asli amerika tengah dan selatan yang pada saat kolonisasi Eropa
belum mengenal logam.
Untuk latihan biasanya pedang kayu yang digunakan, meski pedang dari kayu keras
masih berbahaya. Senjata serupa pedang dan tombak yang menggunakan bilah obsidian
digunakan oleh suku-suku asli amerika tengah dan selatan yang pada saat kolonisasi Eropa
belum mengenal logam.
Zaman Perunggu
Manusia telah membuat dan menggunakan senjata berpedang dari mulai zaman perunggu.
Pedang yang dikembangkan dari belati ketika pembuatan pedang menjadi mungkin,
sekitar 2 milenium sebelum masehi. Pedang berukuran lebih dari 1,5 meter dan sangat
tidak biasa dan tidak digunakkan saat masa-masa zaman perunggu karena panjangnya
mengurangi keampuhan dari perunggu. Tidak sampai logam yang lebih kuat seperti baja,
menjadikan pedang panjang digunakan dalam pertempuran. khopes yang hanya berukuran
50 s/d 60cm terbuat dari perunggu juga.
Pedang yang dikembangkan dari belati ketika pembuatan pedang menjadi mungkin,
sekitar 2 milenium sebelum masehi. Pedang berukuran lebih dari 1,5 meter dan sangat
tidak biasa dan tidak digunakkan saat masa-masa zaman perunggu karena panjangnya
mengurangi keampuhan dari perunggu. Tidak sampai logam yang lebih kuat seperti baja,
menjadikan pedang panjang digunakan dalam pertempuran. khopes yang hanya berukuran
50 s/d 60cm terbuat dari perunggu juga.
Bagian gagang pedang pada mulanya memungkinkan cengkraman yang kuat, dan mencegah
kemungkinan tangan terpeleset ketika melakukan tusukan kearah target.
Pedang zaman perunggu pertama kali muncul dengan bentuk seperti daun di sekitar laut tengah
dan laut hitam, dan di Mesoppotamia. Pedang dari zaman perunggu nordic sekitar 1400 SM
menunjukkan karakteristik polaspiral. Produksi pedang di china dimulai dari zaman Dinasti
Shang.
kemungkinan tangan terpeleset ketika melakukan tusukan kearah target.
Pedang zaman perunggu pertama kali muncul dengan bentuk seperti daun di sekitar laut tengah
dan laut hitam, dan di Mesoppotamia. Pedang dari zaman perunggu nordic sekitar 1400 SM
menunjukkan karakteristik polaspiral. Produksi pedang di china dimulai dari zaman Dinasti
Shang.
Pedang besi mengalami kenaikan penggunaan pada abad 13 SM.
Bangsa Hittie, Myceania, Yunani, dan Proto-Celtic Halstatt memiliki kebudayaan yang
memiliki kaitan dengan penggunaan awal pedang besi. Besi memiliki kelebihan dalam
produksi massal dengan ketersediaan bajan baku yang banyak.
Pedang besi pada masa awal tidak bisa dibandingkan dengan pedang baja masa sekarang;
lebih lunak dan rapuh, ini bahkan lebih jelek daripada pedang perunggu yang bgus kualitasnya,
tetapi dengan produksi yang lebih mudah, ketersediaan bahan baku membuat seluruh pasukan
dapat menggunakan senjata logam, walaupun pasukan mesir pada zaman perunggu sudah
melengkapi pasukkannya dengan senjata perunggu.
Bangsa Hittie, Myceania, Yunani, dan Proto-Celtic Halstatt memiliki kebudayaan yang
memiliki kaitan dengan penggunaan awal pedang besi. Besi memiliki kelebihan dalam
produksi massal dengan ketersediaan bajan baku yang banyak.
Pedang besi pada masa awal tidak bisa dibandingkan dengan pedang baja masa sekarang;
lebih lunak dan rapuh, ini bahkan lebih jelek daripada pedang perunggu yang bgus kualitasnya,
tetapi dengan produksi yang lebih mudah, ketersediaan bahan baku membuat seluruh pasukan
dapat menggunakan senjata logam, walaupun pasukan mesir pada zaman perunggu sudah
melengkapi pasukkannya dengan senjata perunggu.
Kemudian para penempa mempelajari bahwa menambahkan sejumlah karbon
( dimasukkan pada saat peleburan dalam bentuk bebatuan ) kedalam besi,
mereka dapat membuat logam yang lebih baik ( sekarang dikenal dengan sebutan "besi baja" ).
Beberapa metode yang berbeda dalam pembuatan pedang telah ada dalam masa lalu,
termasuk, yang paling terkenal, pembentukan pola. Selanjutnya, metode yang berbeda
berkembang di seluruh dunia.
( dimasukkan pada saat peleburan dalam bentuk bebatuan ) kedalam besi,
mereka dapat membuat logam yang lebih baik ( sekarang dikenal dengan sebutan "besi baja" ).
Beberapa metode yang berbeda dalam pembuatan pedang telah ada dalam masa lalu,
termasuk, yang paling terkenal, pembentukan pola. Selanjutnya, metode yang berbeda
berkembang di seluruh dunia.
Ketika memasuki zaman klasik antik dan bangsa Parthia dan Sassanid di Iran,
pedang besi sudah menjadi umum. Xiphos dari yunani dan Gladius dari Romawi adalah
contoh sejenis, memiliki panjang 60-70 cm. Kekaisaran Roma akhir memprkenalkan
Spatha yang lebih panjang ( istilah untuk pemakainya, spatharius, menjadi pangkat
kerajaan di Konstantinopel ), dan mulai saat itu, istilah "pedang panjang" dialamatkan
pada pedang yang termasuk panjang dalam periode ini.
pedang besi sudah menjadi umum. Xiphos dari yunani dan Gladius dari Romawi adalah
contoh sejenis, memiliki panjang 60-70 cm. Kekaisaran Roma akhir memprkenalkan
Spatha yang lebih panjang ( istilah untuk pemakainya, spatharius, menjadi pangkat
kerajaan di Konstantinopel ), dan mulai saat itu, istilah "pedang panjang" dialamatkan
pada pedang yang termasuk panjang dalam periode ini.
Pedang baja China muncul pada masa abad ke 3 SM Dinasti Qin.
Dao dari china ( piyin dāo )adalah pedang bermata satu, kadang-kadang diterjemahkan
sebagai sabre atau broadsword, dan Jian ( piyin jiān ) bermata dua.
Dao dari china ( piyin dāo )adalah pedang bermata satu, kadang-kadang diterjemahkan
sebagai sabre atau broadsword, dan Jian ( piyin jiān ) bermata dua.
Zaman Pertengahan
Pedang spatha menjadi populer selama periode migrasi dan juga di abad pertengahan.
Spatha Zaman Vendel didekorasi dengan hiasan Jerman. Zaman Viking terlihat kembali
adanya produksi yang lebih terstandarisasi, tapi desain awalnya tetap berdasarkan spatha.
Spatha Zaman Vendel didekorasi dengan hiasan Jerman. Zaman Viking terlihat kembali
adanya produksi yang lebih terstandarisasi, tapi desain awalnya tetap berdasarkan spatha.
Abad ke 11 dimana pedang Norman mulai dikembangkan Quillons atau Crossguard
( pelindung silang ). Selama perang salib pada abad ke 12 sampai abad ke 13, peding
berbentuk salib ini menjadi lebih stabil, dengan variasi pada gagangnya saja.
Pedang-pedang ini didesain sebagai pedang pemotong, walaupun poin-poin efektif menjadi
umum untuk meng-counter peningkatan kualitas zirah. Pedang bermata tunggal menjadi
populer di dataran Asia. Dikembangkan dari Dao China, hwandudaedo dari korea telah
dikenal pada masa awal Zaman Tiga Negara. Katana Jepang ( 刀; かたな ), telah diproduksi
dari masa sekitar 900 masehi, juga dikembangkan dari dao.
( pelindung silang ). Selama perang salib pada abad ke 12 sampai abad ke 13, peding
berbentuk salib ini menjadi lebih stabil, dengan variasi pada gagangnya saja.
Pedang-pedang ini didesain sebagai pedang pemotong, walaupun poin-poin efektif menjadi
umum untuk meng-counter peningkatan kualitas zirah. Pedang bermata tunggal menjadi
populer di dataran Asia. Dikembangkan dari Dao China, hwandudaedo dari korea telah
dikenal pada masa awal Zaman Tiga Negara. Katana Jepang ( 刀; かたな ), telah diproduksi
dari masa sekitar 900 masehi, juga dikembangkan dari dao.
Zaman Pertengahan Akhir dan Renaissance
Dari sekitar tahun 1300, dengan semakin tebal dan bagus produksi zirah, desain pedang
terus berevolusi dengan cepat. Transisi utamanya ialah perpanjangan gagang pedang,
memungkinkan penggunaan dua tangan, dan mata pedang yang lebih panjang.
Pada tahun 1400 pedang seperti ini dinamai dengan Langes Schwert ( longsword )
atau pedang panjang atau spadone, telah umum, dan beberapa Fechtbucher pada abad
15 dan 16 menawarkan bagaimana menggunakan pedang tersebut. Varian lain adalah
pedang penusuk zirah dengan tipe estoc. Pedang panjang terkenal dengan jangkauan ekstrem
dan kemuampuan memotong serta menusuknya. Tipe estoc menjadi terkenal karena
kemampuannya untuk menembus gap antara pelat zirah. Pegangannya kadang-kadang
dilapisi dengan kabel atau kulit binatang untuk membuat pegangan yang lebih mantap dan
membuatnya lebih sulit dijatuhkan dari si pengguna pedang.
terus berevolusi dengan cepat. Transisi utamanya ialah perpanjangan gagang pedang,
memungkinkan penggunaan dua tangan, dan mata pedang yang lebih panjang.
Pada tahun 1400 pedang seperti ini dinamai dengan Langes Schwert ( longsword )
atau pedang panjang atau spadone, telah umum, dan beberapa Fechtbucher pada abad
15 dan 16 menawarkan bagaimana menggunakan pedang tersebut. Varian lain adalah
pedang penusuk zirah dengan tipe estoc. Pedang panjang terkenal dengan jangkauan ekstrem
dan kemuampuan memotong serta menusuknya. Tipe estoc menjadi terkenal karena
kemampuannya untuk menembus gap antara pelat zirah. Pegangannya kadang-kadang
dilapisi dengan kabel atau kulit binatang untuk membuat pegangan yang lebih mantap dan
membuatnya lebih sulit dijatuhkan dari si pengguna pedang.
Pada abad ke 16, Doppelhander ( disebut Zweihander sekarang ) membuat tren peningkatan
ukuran dari pedang, dan zaman modern kembali kepada desain pedang yang ringkas dan
ringan dengan penggunaan satu tangan.
ukuran dari pedang, dan zaman modern kembali kepada desain pedang yang ringkas dan
ringan dengan penggunaan satu tangan.
Pedang di zaman ini menjadi senjata paling personal, paling prestisius, dan paling mematikan
untuk pertempuran jarak dekat, tetapi ditolak dalam penggunaannya oleh militer karena
pergantian teknologi peperangan. Bagaimanapun, pedang tetap menjadi peran kunci dalam
beladiri sipil.
untuk pertempuran jarak dekat, tetapi ditolak dalam penggunaannya oleh militer karena
pergantian teknologi peperangan. Bagaimanapun, pedang tetap menjadi peran kunci dalam
beladiri sipil.
Zaman Modern
Rapier merupakan evolusi dari espada ropera dari Spanyol sekitar abad ke i6.
Baik rapier maupun schiavona dari italia mengubah bentuk crossguard menjadi
seperti keranjang untuk perlindungan bagian tangan. Selama abad ke 17 dan 18, pedang
pendek yang lebih ringan menjadi bagian esensial dari fashion di negara-negara eropa
dan dunia baru, dan orang terkaya dan pejabat militer memilikinya. Baik pedang pendek
maupun Rapier menjadi populer sebagai pedang eropa untuk berduel hingga abad ke 18.
Baik rapier maupun schiavona dari italia mengubah bentuk crossguard menjadi
seperti keranjang untuk perlindungan bagian tangan. Selama abad ke 17 dan 18, pedang
pendek yang lebih ringan menjadi bagian esensial dari fashion di negara-negara eropa
dan dunia baru, dan orang terkaya dan pejabat militer memilikinya. Baik pedang pendek
maupun Rapier menjadi populer sebagai pedang eropa untuk berduel hingga abad ke 18.
Setelah pemakaian pedang ketinggalan zaman, tongkat bantu berjalan ( cane ) menjadi
bagian dari pakaian gentelman. Beberapa contohnya ialah pedang tongkat yang memasukkan
mata pedang kedalam tongkat untuk menyamarkannya. beladiri la canne dikembangkan
untuk bertarung menggunakan tongkat ini dan sekarang berevolusi menjadi olahraga.
bagian dari pakaian gentelman. Beberapa contohnya ialah pedang tongkat yang memasukkan
mata pedang kedalam tongkat untuk menyamarkannya. beladiri la canne dikembangkan
untuk bertarung menggunakan tongkat ini dan sekarang berevolusi menjadi olahraga.
Setelah masa penggunaanya telah usai, pedang telah menjadi alat pertahanan diri
dibandingkan menjadi perangkat persenjataan di medan perang setelah zaman modern.
Bahkan sebilah pedang telah berkurang penggunaanya setelah abad 19, karena kalah
praktis dengan handgun(pistol).
dibandingkan menjadi perangkat persenjataan di medan perang setelah zaman modern.
Bahkan sebilah pedang telah berkurang penggunaanya setelah abad 19, karena kalah
praktis dengan handgun(pistol).
Pedang masih digunakan, namun hanya sebatas pada pejabat militer dan seragam
upacara kemiliteran saja, walaupun kebanyakan tentara menggunakan kavaleri berat sebelum
PD II. Seperti kavaleri inggris yang sudah mendesain unit pedang kavaleri baru, tetapi
diganti menjadi kavaleri lapis baja pada masa akhir 1938. Tetapi peperangan menggunakan
kavaleri dan pedang masih terjadi di era PD II, ketika tentara Jepang bertempur melawan
penduduk pasifik, para penduduk itu masih menggunakan pedang. Tetapi pasukan jepang
dengan senjata modern dengan mudah menundukkan para prajurit berpedang itu.
upacara kemiliteran saja, walaupun kebanyakan tentara menggunakan kavaleri berat sebelum
PD II. Seperti kavaleri inggris yang sudah mendesain unit pedang kavaleri baru, tetapi
diganti menjadi kavaleri lapis baja pada masa akhir 1938. Tetapi peperangan menggunakan
kavaleri dan pedang masih terjadi di era PD II, ketika tentara Jepang bertempur melawan
penduduk pasifik, para penduduk itu masih menggunakan pedang. Tetapi pasukan jepang
dengan senjata modern dengan mudah menundukkan para prajurit berpedang itu.
Bagian-Bagian Pedang
Bilah
Bilah pedang adalah bagian penting pedang yang dapat digunakan untuk menyerang.
Jenis serangan yang bisa dilakukan dengan bilah itu sendiri, menghantamkannya,
menusuk, dan menebas. Oleh karena masing-masing jenis serangan tersebut mensyaratkan
bentuk yang berbeda untuk hasil optimal maka bentuk bilah pedang bergantung pada gaya
penggunaannya.
Jenis serangan yang bisa dilakukan dengan bilah itu sendiri, menghantamkannya,
menusuk, dan menebas. Oleh karena masing-masing jenis serangan tersebut mensyaratkan
bentuk yang berbeda untuk hasil optimal maka bentuk bilah pedang bergantung pada gaya
penggunaannya.
Gagang
Gagang pedang adalah bagian untuk memegang pedang. Pada beberapa jenis pedang
gagangnya memiliki penahan di atas dan di bagian bawahnya, penahan bagian atas biasanya
untuk menahan tangan ketika melakukan serangan.
gagangnya memiliki penahan di atas dan di bagian bawahnya, penahan bagian atas biasanya
untuk menahan tangan ketika melakukan serangan.
Jenis-Jenis Pedang
Pedang Bermata Ganda
Peadang bermata ganda banyak digunakan di Tiongkok, Mediterania, dan Skandinavia. Pedang jenis ini memiliki kemampuan sama baiknya untuk menebas dan menusuk. Berikut daftar nama-nama pedang bermata ganda:
Pedang Bermata Tunggal
Pedang bermata tunggal biasanya adalah pedang yang dimaksimalkan untuk fungsi tebasan.
Oleh karenanya Xenophon (Prajurit dan sejarawan Yunani kuno) menyarankan kavaleri untuk
menggunakan peadang jenis ini (Makhaira) dibandingkan Xiphos.
Oleh karenanya Xenophon (Prajurit dan sejarawan Yunani kuno) menyarankan kavaleri untuk
menggunakan peadang jenis ini (Makhaira) dibandingkan Xiphos.
Pedang bermata tunggal biasanya mempunyai lengkungan, biasanya ke belakang(sisi tajam
berada di luar lengkungan), walau ada yang lurus atau memiliki lengkungan ke depan
(sisi tajam berada di dalam lengkungan). Kegunaan lengkungan adalah untuk memperlebar
lukaan akibat tebasan. Berikut nama-nama pedang bermata tunggal:
berada di luar lengkungan), walau ada yang lurus atau memiliki lengkungan ke depan
(sisi tajam berada di dalam lengkungan). Kegunaan lengkungan adalah untuk memperlebar
lukaan akibat tebasan. Berikut nama-nama pedang bermata tunggal:
Pedang Satu Tangan
- Pedang Zaman Perunggu, panjangnya sekitar 60 cm, berbentuk daun
- Pedang Zaman Besi seperti Xiphos, Gladius dan Jian, berbentuk mirip perunggu
- Spatha panjangnya sekitar 60-90 cm
- Pedang klasik Eropa, sekitar 110 cm
- dsb.
Pedang Dua Tangan
Tombak
Tombak atau lembing adalah senjata yang banyak ditemukan di seluruh peradaban dunia,
terutama karena kemudahan pembuatannya dan biaya pembuatannya yang murah.
Tombak adalah senjata untuk berburu dan berperang, bagiannya terdiri dari tongkat sebagai
pegangan dan mata atau kepala tombak yang tajam dan kadang diperkeras dengan bahan lain.
Bersamaan dengan kapak tombak adalah perkakas pertama yang dibuat manusia dan sejalan
dengan perkembangan peradaban mata tombak dan kapak yang semula berupa tulang atau
batu yang dihaluskan diganti menjadi logam yang lebih kuat dan tahan lama.
terutama karena kemudahan pembuatannya dan biaya pembuatannya yang murah.
Tombak adalah senjata untuk berburu dan berperang, bagiannya terdiri dari tongkat sebagai
pegangan dan mata atau kepala tombak yang tajam dan kadang diperkeras dengan bahan lain.
Bersamaan dengan kapak tombak adalah perkakas pertama yang dibuat manusia dan sejalan
dengan perkembangan peradaban mata tombak dan kapak yang semula berupa tulang atau
batu yang dihaluskan diganti menjadi logam yang lebih kuat dan tahan lama.
Di Indonesia tombak menjadi senjata utama yang banyak digunakan oleh tentara-tentara
tradisional nusantara. Ini terutama karena kelangkaan besi dan logam lainnya di Indonesia
sehingga sulit untuk membuat pedang. Oleh karena itu senjata yang lebih umum digunakan di
Indonesia atau bangsa-bangsa melayu dulu adalah senjata yang menggunakan lebih sedikit
besi dibanding pedang yaitu kapak, parang atau golok, dan tombak. Di antara senjata-senjata
tadi yang hanya tombak yang digunakan hanya sebagai senjata(termasuk sebagai senjata
berburu).
tradisional nusantara. Ini terutama karena kelangkaan besi dan logam lainnya di Indonesia
sehingga sulit untuk membuat pedang. Oleh karena itu senjata yang lebih umum digunakan di
Indonesia atau bangsa-bangsa melayu dulu adalah senjata yang menggunakan lebih sedikit
besi dibanding pedang yaitu kapak, parang atau golok, dan tombak. Di antara senjata-senjata
tadi yang hanya tombak yang digunakan hanya sebagai senjata(termasuk sebagai senjata
berburu).
Terdapat sejenis tombak tanpa mata yang sering digunakan oleh milisia di nusantara yaitu
bambu runcing yang dibuat dari bambu yang diruncingkan tanpa perkuatan apapun di ujungnya.
Untuk menghadapi tentara tradisonal nusantara dan tentara kolonial ini adalah senjata penusuk
yang mematikan sebab mereka tidak dilengkapi dengan perlindungan baju zirah.
bambu runcing yang dibuat dari bambu yang diruncingkan tanpa perkuatan apapun di ujungnya.
Untuk menghadapi tentara tradisonal nusantara dan tentara kolonial ini adalah senjata penusuk
yang mematikan sebab mereka tidak dilengkapi dengan perlindungan baju zirah.
Daftar isi |
sunting Sejarah
Penggunaan tombak tidak terbatas pada spesies manusia saja, simpanse dan orangutan
adalah spesies kera besar yang tercatat menggunakan alat serupa tombak untuk berburu
makanan. Tombak dibuat sejak zaman purba sebagai alat untuk membantu manusia dalam
perburuan. Penggunaan tombak oleh simpanse menunjukkan kemungkinan bahwa manusia
purba membuat tombak seawal-awalnya sekitar 5 juta tahun lalu. Sejak 400.000 tahun lalu
Neanderthal sudah membuat tombak bermata batu sedangkan sejak 200.000 tahun lalu
manusia menggunakan mata tombak dari batu yang diasah.
adalah spesies kera besar yang tercatat menggunakan alat serupa tombak untuk berburu
makanan. Tombak dibuat sejak zaman purba sebagai alat untuk membantu manusia dalam
perburuan. Penggunaan tombak oleh simpanse menunjukkan kemungkinan bahwa manusia
purba membuat tombak seawal-awalnya sekitar 5 juta tahun lalu. Sejak 400.000 tahun lalu
Neanderthal sudah membuat tombak bermata batu sedangkan sejak 200.000 tahun lalu
manusia menggunakan mata tombak dari batu yang diasah.
[sunting] Tombak/Lembing yang Tidak Dilempar
Dalam penggunaannya tombak dapat digunakan oleh pasukan berkuda(kavaleri) atau pasukan
jalan kaki (infantri). Tombak yang digunakan kavaleri dalam bahasa Inggris biasa disebut
lance sedangkan tombak panjang infantri pada zaman pertengahan biasa disebut pike.
Terdapat sejenis senjata Eropa yang terlihat seperti campuran antara tombak dan kapak yang
disebut halberd.
jalan kaki (infantri). Tombak yang digunakan kavaleri dalam bahasa Inggris biasa disebut
lance sedangkan tombak panjang infantri pada zaman pertengahan biasa disebut pike.
Terdapat sejenis senjata Eropa yang terlihat seperti campuran antara tombak dan kapak yang
disebut halberd.
sunting Nama-Nama Tombak/Lembing yang Tidak Dilempar
Berikut adalah daftar nama-nama tombak(belum diterjemahkan) di penjuru dunia:
|
|
sunting Tombak/Lembing yang Dilempar
Tombak/lembing yang dilempar memiliki persamaan bentuk dengan tombak yang tidak
dilempar, tetapi perbedaannya adalah cara penggunaannya yaitu dengan melemparkannya.
Oleh karena itu, lembing biasanya lebih ringan atau setidaknya lebih ringan daripada tombak.
Saat ini terdapat olahraga dunia yang berbasis penggunaan lembing yaitu lempar lembing
(javelin throwing).
dilempar, tetapi perbedaannya adalah cara penggunaannya yaitu dengan melemparkannya.
Oleh karena itu, lembing biasanya lebih ringan atau setidaknya lebih ringan daripada tombak.
Saat ini terdapat olahraga dunia yang berbasis penggunaan lembing yaitu lempar lembing
(javelin throwing).
sunting Nama-nama Tombak/Lembing yang Dilempar
Berikut nama-nama tombak yang biasanya dilempar dalam penggunaannya:
|
Samurai
Seorang samurai dengan pakaian tempur, 1860.
Samurai (侍 atau 士 ) adalah istilah untuk perwira militer
kelas elit sebelum zaman industrialisasi di Jepang. Kata
"samurai" berasal dari kata kerja "samorau" asal bahasa
Jepang kuno, berubah menjadi "saburau" yang berarti
"melayani", dan akhirnya menjadi "samurai" yang bekerja
sebagai pelayan bagi sang majikan.
kelas elit sebelum zaman industrialisasi di Jepang. Kata
"samurai" berasal dari kata kerja "samorau" asal bahasa
Jepang kuno, berubah menjadi "saburau" yang berarti
"melayani", dan akhirnya menjadi "samurai" yang bekerja
sebagai pelayan bagi sang majikan.
Istilah yang lebih tepat adalah bushi (武士) (harafiah:
"orang bersenjata") yang digunakan semasa zaman Edo.
Bagaimanapun, istilah samurai digunakan untuk prajurit elit
dari kalangan bangsawan, dan bukan contohnya,
ashigaru atau tentara berjalan kaki. Samurai yang tidak
terikat dengan klan atau bekerja untuk majikan (daimyo)
disebut ronin (harafiah: "orang ombak"). Samurai yang
bertugas di wilayah han disebut hanshi.
"orang bersenjata") yang digunakan semasa zaman Edo.
Bagaimanapun, istilah samurai digunakan untuk prajurit elit
dari kalangan bangsawan, dan bukan contohnya,
ashigaru atau tentara berjalan kaki. Samurai yang tidak
terikat dengan klan atau bekerja untuk majikan (daimyo)
disebut ronin (harafiah: "orang ombak"). Samurai yang
bertugas di wilayah han disebut hanshi.
Samurai harus sopan dan terpelajar, dan semasa Keshogunan Tokugawa berangsur-angsur
kehilangan fungsi ketentaraan mereka. Pada akhir era Tokugawa, samurai secara umumnya
adalah kakitangan umum bagi daimyo, dengan pedang mereka hanya untuk tujuan istiadat.
Dengan reformasi Meiji pada akhir abad ke-19, samurai dihapuskan sebagai kelas berbeda
dan digantikan dengan tentara nasional menyerupai negara Barat. Bagaimanapun juga,
sifat samurai yang ketat yang dikenal sebagai bushido masih tetap ada dalam masyarakat
Jepang masa kini, sebagaimana aspek cara hidup mereka yang lain.
kehilangan fungsi ketentaraan mereka. Pada akhir era Tokugawa, samurai secara umumnya
adalah kakitangan umum bagi daimyo, dengan pedang mereka hanya untuk tujuan istiadat.
Dengan reformasi Meiji pada akhir abad ke-19, samurai dihapuskan sebagai kelas berbeda
dan digantikan dengan tentara nasional menyerupai negara Barat. Bagaimanapun juga,
sifat samurai yang ketat yang dikenal sebagai bushido masih tetap ada dalam masyarakat
Jepang masa kini, sebagaimana aspek cara hidup mereka yang lain.
Perkataan samurai berasal pada sebelum zaman Heian di Jepang di mana bila seseorang
disebut sebagai saburai, itu berarti dia adalah seorang suruhan atau pengikut.
Hanya pada awal zaman modern, khususnya pada era Azuchi-Momoyama dan awal
periode/era Edo pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 perkataan saburai bertukar
diganti dengan perkataan samurai. Bagaimanapun, pada masa itu, artinya telah lama berubah.
disebut sebagai saburai, itu berarti dia adalah seorang suruhan atau pengikut.
Hanya pada awal zaman modern, khususnya pada era Azuchi-Momoyama dan awal
periode/era Edo pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 perkataan saburai bertukar
diganti dengan perkataan samurai. Bagaimanapun, pada masa itu, artinya telah lama berubah.
Pada era pemerintahan samurai, istilah awal yumitori (“pemanah”) juga digunakan sebagai
gelar kehormat bagi sejumlah kecil panglima perang, walaupun pemain pedang telah menjadi
lebih penting. Pemanah Jepang (kyujutsu), masih berkaitan erat dengan dewa perang
Hachiman.
gelar kehormat bagi sejumlah kecil panglima perang, walaupun pemain pedang telah menjadi
lebih penting. Pemanah Jepang (kyujutsu), masih berkaitan erat dengan dewa perang
Hachiman.
Berikut adalah beberapa istilah lain samurai.
- Buke (武家) – Ahli bela diri
- Kabukimono - Perkataan dari kabuku atau condong, ia merujuk kepada gaya samurai berwarna-warni.
- Mononofu (もののふ) - Istilah silam yang berarti panglima.
- Musha (武者) - Bentuk ringkasan Bugeisha (武芸者), harafiah. pakar bela diri.
- Si (士) - Huruf kanji pengganti samurai.
- Tsuwamono (兵) - Istilah silam bagi tentara yang ditonjolkan oleh Matsuo Basho dalam haiku terkemukanya.
Samurai menggunakan beberapa macam jenis senjata, tetapi katana adalah senjata yang
identik dengan keberadaan mereka, Dalam Bushido diajarkan bahwa katana adalah roh dari
samurai dan kadang-kadang digambarkan bahwa seorang samurai sangat tergantung pada
katana dalam pertempuran. Mereka percaya bahwa katana sangat penting dalam memberi
kehormatan dan bagian dalam kehidupan. Sebutan untuk katana tidak dikenal sampai massa
Kamakura (1185–1333), sebelum masa itu pedang Jepang lebih dikenal sebagai tachi dan
uchigatana, Dan katana sendiri bukan menjadi senjata utama sampai massa Edo.
identik dengan keberadaan mereka, Dalam Bushido diajarkan bahwa katana adalah roh dari
samurai dan kadang-kadang digambarkan bahwa seorang samurai sangat tergantung pada
katana dalam pertempuran. Mereka percaya bahwa katana sangat penting dalam memberi
kehormatan dan bagian dalam kehidupan. Sebutan untuk katana tidak dikenal sampai massa
Kamakura (1185–1333), sebelum masa itu pedang Jepang lebih dikenal sebagai tachi dan
uchigatana, Dan katana sendiri bukan menjadi senjata utama sampai massa Edo.
Apabila seorang anak mancapai usia tiga belas tahun, ada upacara yang dikenali sebagai
Genpuku. Anak laki-laki yang menjalani genpuku mendapat sebuah wakizashi dan nama
dewasa untuk menjadi samurai secara resmi. Ini dapat diartikan dia diberi hak untuk mengenal
katana walaupun biasanya diikat dengan benang untuk menghindari katana terhunus dengan
tidak sengaja. Pasangankatana dan wakizashi dikenali sebagai Daisho, yang berarti besar dan
kecil.
Genpuku. Anak laki-laki yang menjalani genpuku mendapat sebuah wakizashi dan nama
dewasa untuk menjadi samurai secara resmi. Ini dapat diartikan dia diberi hak untuk mengenal
katana walaupun biasanya diikat dengan benang untuk menghindari katana terhunus dengan
tidak sengaja. Pasangankatana dan wakizashi dikenali sebagai Daisho, yang berarti besar dan
kecil.
Senjata samurai yang lain adalah yumi atau busur komposit dan dipakai selama beberapa abad
sampai masa masuknya senapan pada abad ke-16. Busur komposit model Jepang adalah
senjata yang bagus. Bentuknya memungkinkan untuk digunakan berbagai jenis anak panah,
seperti panah berapi dan panah isyarat yang dapat menjangkau sasaran pada jarak lebih dari
100 meter, bahkan bisa lebih dari 200 meter bila ketepatan tidak lagi diperhitungkan,
Senjata ini biasanya digunakan dengan cara berdiri di belakang Tedate (手 盾) yaitu perisai
kayu yang besar, tetapi bisa juga digunakan dengan menunggang kuda. Latihan memanah
di belakang kuda menjadi adat istiadat Shinto, Yabusame (流鏑馬). Dalam pertempuran
melawan penjajah Mongol, busur komposit menjadi senjata penentu kemenangan, Pasukan
Mongol dan Cina pada waktu itu memakai busur komposit dengan ukuran yang lebih kecil,
apalagi dengan keterbatasannya dalam pemakaian pasukan berkuda.
sampai masa masuknya senapan pada abad ke-16. Busur komposit model Jepang adalah
senjata yang bagus. Bentuknya memungkinkan untuk digunakan berbagai jenis anak panah,
seperti panah berapi dan panah isyarat yang dapat menjangkau sasaran pada jarak lebih dari
100 meter, bahkan bisa lebih dari 200 meter bila ketepatan tidak lagi diperhitungkan,
Senjata ini biasanya digunakan dengan cara berdiri di belakang Tedate (手 盾) yaitu perisai
kayu yang besar, tetapi bisa juga digunakan dengan menunggang kuda. Latihan memanah
di belakang kuda menjadi adat istiadat Shinto, Yabusame (流鏑馬). Dalam pertempuran
melawan penjajah Mongol, busur komposit menjadi senjata penentu kemenangan, Pasukan
Mongol dan Cina pada waktu itu memakai busur komposit dengan ukuran yang lebih kecil,
apalagi dengan keterbatasannya dalam pemakaian pasukan berkuda.
Badik
Badik atau badek adalah pisau dengan bentuk khas
yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan
Makassar. Badik bersisi tajam tunggal atau ganda,
dengan panjang mencapai sekitar setengah meter.
Seperti keris, bentuknya asimetris dan bilahnya
kerap kali dihiasi dengan pamor.
Namun demikian, berbeda dari keris, badik tidak pernah memiliki ganja (penyangga bilah).
Masyarakat Bugis
Menurut pandangan orang Bugis Makassar, setiap jenis badik memiliki kekuatan sakti (gaib).
Kekuatan ini dapat memengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya.
Sejalan dengan itu, terdapat kepercayaan bahwa badik juga mampu menimbulkan ketenangan,
kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan
bagi yang menyimpannya.
Kekuatan ini dapat memengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya.
Sejalan dengan itu, terdapat kepercayaan bahwa badik juga mampu menimbulkan ketenangan,
kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan
bagi yang menyimpannya.
Sejak ratusan tahun silam, badik dipergunakan bukan hanya sebagai senjata untuk membela
diri dan berburu tetapi juga sebagai identitas diri dari suatu kelompok etnis atau kebudayaan.
Badik ini tidak hanya terkenal di daerah Makassar saja, tetapi juga terdapat di daerah Bugis
dan Mandar dengan nama dan bentuk berbeda.
diri dan berburu tetapi juga sebagai identitas diri dari suatu kelompok etnis atau kebudayaan.
Badik ini tidak hanya terkenal di daerah Makassar saja, tetapi juga terdapat di daerah Bugis
dan Mandar dengan nama dan bentuk berbeda.
Secara umum badik terdiri atas tiga bagian, yakni hulu (gagang) dan bilah (besi), serta sebagai
pelengkap adalah warangka atau sarung badik. Disamping itu, terdapat pula pamor yang
dipercaya dapat memengaruhi kehidupan pemiliknya.
pelengkap adalah warangka atau sarung badik. Disamping itu, terdapat pula pamor yang
dipercaya dapat memengaruhi kehidupan pemiliknya.
Badik Makassar
Badik Makassar memiliki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam serta
cappa’ (ujung) yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Sari.
Badik Sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan
banoang (sarung badik). Lain Makassar lain pula Bugis, di daerah ini badik disebut dengan
kawali, seperti Kawali Raja (Bone) dan Kawali Rangkong (Luwu).
cappa’ (ujung) yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Sari.
Badik Sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan
banoang (sarung badik). Lain Makassar lain pula Bugis, di daerah ini badik disebut dengan
kawali, seperti Kawali Raja (Bone) dan Kawali Rangkong (Luwu).
Badik Bugis Luwu
Badik Bugis Kawali Bone memiliki bessi atau bilah yang pipih, ujung runcing dan bentuk agak
melebar pada bagian ujung, sedangkan kawali Luwu memiliki bessi pipih dan berbentuk lurus.
Kawali pun memiliki bagian-bagian, seperti pangulu (hulu), bessi (bilah) dan wanua (sarung).
Seperti pada senjata tradisional lainnya, kawali juga dipercaya memiliki kekuatan sakti, baik
itu yang dapat membawa keberuntungan ataupun kesialan.
melebar pada bagian ujung, sedangkan kawali Luwu memiliki bessi pipih dan berbentuk lurus.
Kawali pun memiliki bagian-bagian, seperti pangulu (hulu), bessi (bilah) dan wanua (sarung).
Seperti pada senjata tradisional lainnya, kawali juga dipercaya memiliki kekuatan sakti, baik
itu yang dapat membawa keberuntungan ataupun kesialan.
Kawali Lamalomo Sugi adalah jenis badik yang mempunyai motif kaitan pada bilahnya dan
dipercaya sebagai senjata yang akan memberikan kekayaan bagi pemiliknya. Sedangkan,
kawali Lataring Tellu yang mempunyai motif berupa tiga noktah dalam posisi tungku dipercaya
akan membawa keberuntungan bagi pemiliknya berupa tidak akan kekurangan makanan dan
tidak akan mengalami duka nestapa. Itulah sebabnya, badik ini paling cocok digunakan bagi
mereka yang berusaha di sektor pertanian.
dipercaya sebagai senjata yang akan memberikan kekayaan bagi pemiliknya. Sedangkan,
kawali Lataring Tellu yang mempunyai motif berupa tiga noktah dalam posisi tungku dipercaya
akan membawa keberuntungan bagi pemiliknya berupa tidak akan kekurangan makanan dan
tidak akan mengalami duka nestapa. Itulah sebabnya, badik ini paling cocok digunakan bagi
mereka yang berusaha di sektor pertanian.
Kul Buntet / Pusaran
Kawali Lade’ nateyai memiliki pamor berupa bulatan kecil pada bagian pangkal dan guratan
berjajar pada bagian matanya. Badik ini dipercaya dapat mendatangkan rezeki yang melimpah
bagi pemiliknya. Badik ini memiliki kemiripan fungsi dengan Kawali Lakadang yang memiliki
motif berbentuk gala pada pangkalnya.
berjajar pada bagian matanya. Badik ini dipercaya dapat mendatangkan rezeki yang melimpah
bagi pemiliknya. Badik ini memiliki kemiripan fungsi dengan Kawali Lakadang yang memiliki
motif berbentuk gala pada pangkalnya.
Salah satu badik yang dipercaya sangat ideal adalah Kawali Lagemme’ Silampa yang memiliki
motif berupa urat yang membujur dari pangkal ke ujung. Dipercaya bahwa pemilik badik
tersebut senantiasa akan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupannya
bersama dengan segenap kaum kerabatnya. Sedangkan untuk mendapatkan kesabaran,
maka dipercaya harus memiliki Kawali Lasabbara.
motif berupa urat yang membujur dari pangkal ke ujung. Dipercaya bahwa pemilik badik
tersebut senantiasa akan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupannya
bersama dengan segenap kaum kerabatnya. Sedangkan untuk mendapatkan kesabaran,
maka dipercaya harus memiliki Kawali Lasabbara.
Kawali Ilakkoajang adalah jenis badik yang dipercayai sebagai senjata yang mampu
mendatangkan wibawa serta derajat yang tinggi.Badik ini memiliki motif guratan di seluruh
tubuhnya. Sementara itu, bagi yang menginginkan kemenangan dalam setiap pertarungan
hendaknya memiliki Kawali Latenriwale. Badik yang memiliki motif berupa bulatan oval
pada bagian ujungnya ini dipercaya dapat membangkitkan sifat pantang mundur bagi
pemiliknya dalam setiap pertempuran.
mendatangkan wibawa serta derajat yang tinggi.Badik ini memiliki motif guratan di seluruh
tubuhnya. Sementara itu, bagi yang menginginkan kemenangan dalam setiap pertarungan
hendaknya memiliki Kawali Latenriwale. Badik yang memiliki motif berupa bulatan oval
pada bagian ujungnya ini dipercaya dapat membangkitkan sifat pantang mundur bagi
pemiliknya dalam setiap pertempuran.
Bila dipercaya terdapat badik yang mengandung kebaikan, demikian pun sebaliknya
terdapat badik yang mengandung kesialan. Kawali Lasukku Ja’na adalah badik yang
dianggap amat buruk. Bagi siapapun, Kawali Latemmewa merupakan badik yang sangat
tidak baik, karena dipercaya badik ini tidak dapat menjaga wibawa dan kehormatan pemiliknya. Menurut kepercayaan, pemilik badik ini tidak akan melakukan perlawanan kendati ditampar oleh orang lain.
terdapat badik yang mengandung kesialan. Kawali Lasukku Ja’na adalah badik yang
dianggap amat buruk. Bagi siapapun, Kawali Latemmewa merupakan badik yang sangat
tidak baik, karena dipercaya badik ini tidak dapat menjaga wibawa dan kehormatan pemiliknya. Menurut kepercayaan, pemilik badik ini tidak akan melakukan perlawanan kendati ditampar oleh orang lain.
Sejalan dengan kepercayaan tersebut, terdapat Kawali Lamalomo Malaweng Tappi’enngi
yang memiliki motif berupa guratan tanda panah pada bagian pangkalnya. Dipercaya, pemilik
badik ini seringkali terlibat dalam perbuatan zina. Badik ini memiliki kepercayaan yang
berlawanan dengan Kawali Lamalomo Rialawengeng. Konon kabarnya pemilik badik seperti ini
seringkali istrinya melakukan perzinahan dengan lelaki lain.
yang memiliki motif berupa guratan tanda panah pada bagian pangkalnya. Dipercaya, pemilik
badik ini seringkali terlibat dalam perbuatan zina. Badik ini memiliki kepercayaan yang
berlawanan dengan Kawali Lamalomo Rialawengeng. Konon kabarnya pemilik badik seperti ini
seringkali istrinya melakukan perzinahan dengan lelaki lain.
Apapun kekuatan sakti yang dipercaya dikandung oleh sebuah badik, badik tetaplah sebuah
benda budaya yang akan meningkatkan identitas diri seseorang, terutama bagi kaum lelaki.
Seperti kata orang Makassar mengenai badik “Teyai bura’ne punna tena ammallaki badik”
(Bukan seorang lelaki jika tidak memiliki badik), begitupun dengan kata orang Bugis
“Taniya ugi narekko de’na punnai kawali" (Bukan seorang Bugis jika tidak memiliki badik).
benda budaya yang akan meningkatkan identitas diri seseorang, terutama bagi kaum lelaki.
Seperti kata orang Makassar mengenai badik “Teyai bura’ne punna tena ammallaki badik”
(Bukan seorang lelaki jika tidak memiliki badik), begitupun dengan kata orang Bugis
“Taniya ugi narekko de’na punnai kawali" (Bukan seorang Bugis jika tidak memiliki badik).
Menurut pandangan orang Bugis Makassar, setiap jenis badik memiliki kekuatan sakti (gaib).
Kekuatan ini dapat memengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya.
Sejalan dengan itu, terdapat kepercayaan bahwa badik juga mampu menimbulkan ketenangan,
kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan
bagi yang menyimpannya.Sejak ratusan tahun silam, badik dipergunakan bukan hanya sebagai
senjata untuk membela diri dan berburu tetapi juga sebagai identitas diri dari suatu kelompok
etnis atau kebudayaan.
Kekuatan ini dapat memengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya.
Sejalan dengan itu, terdapat kepercayaan bahwa badik juga mampu menimbulkan ketenangan,
kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan
bagi yang menyimpannya.Sejak ratusan tahun silam, badik dipergunakan bukan hanya sebagai
senjata untuk membela diri dan berburu tetapi juga sebagai identitas diri dari suatu kelompok
etnis atau kebudayaan.
Badik ini tidak hanya terkenal di daerah Makassar saja, tetapi juga terdapat di daerah Bugis
dan Mandar dengan nama dan bentuk berbeda.Secara umum badik terdiri atas tiga bagian,
yakni hulu (gagang) dan bilah (besi), serta sebagai pelengkap adalah warangka atau sarung
badik. Disamping itu, terdapat pula pamor yang dipercaya dapat memengaruhi kehidupan
pemiliknya.Badik Makassar memiliki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam
serta cappa’ (ujung) yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Sari.
Badik Sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan
banoang (sarung badik). Lain Makassar lain pula Bugis, di daerah ini badik disebut dengan
kawali, seperti Kawali Raja (Bone) dan Kawali Rangkong (Luwu).
dan Mandar dengan nama dan bentuk berbeda.Secara umum badik terdiri atas tiga bagian,
yakni hulu (gagang) dan bilah (besi), serta sebagai pelengkap adalah warangka atau sarung
badik. Disamping itu, terdapat pula pamor yang dipercaya dapat memengaruhi kehidupan
pemiliknya.Badik Makassar memiliki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam
serta cappa’ (ujung) yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Sari.
Badik Sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan
banoang (sarung badik). Lain Makassar lain pula Bugis, di daerah ini badik disebut dengan
kawali, seperti Kawali Raja (Bone) dan Kawali Rangkong (Luwu).
Badik Caringin Tilu
melebar pada bagian ujung, sedangkan kawali Luwu memiliki bessi pipih dan berbentuk lurus.
Kawali pun memiliki bagian-bagian, seperti pangulu (hulu), bessi (bilah) dan wanua (sarung).
Seperti pada senjata tradisional lainnya, kawali juga dipercaya memiliki kekuatan sakti,
baik itu yang dapat membawa keberuntungan ataupun kesialan. Kawali Lamalomo Sugi
adalah jenis badik yang mempunyai motif kaitan pada bilahnya dan dipercaya sebagai
senjata yang akan memberikan kekayaan bagi pemiliknya. Sedangkan, kawali Lataring
Tellu yang mempunyai motif berupa tiga noktah dalam posisi tungku dipercaya akan
membawa keberuntungan bagi pemiliknya berupa tidak akan kekurangan makanan dan tidak
akan mengalami duka nestapa. Itulah sebabnya, badik ini paling cocok digunakan bagi
mereka yang berusaha di sektor pertanian.Kawali Lade’ nateyai memiliki pamor berupa bulatan
kecil pada bagian pangkal dan guratan berjajar pada bagian matanya. Badik ini dipercaya
dapat mendatangkan rezeki yang melimpah bagi pemiliknya. Badik ini memiliki kemiripan
fungsi dengan Kawali Lakadang yang memiliki motif berbentuk gala pada pangkalnya.
Salah satu badik yang dipercaya sangat ideal adalah Kawali Lagemme’ Silampa yang
memiliki motif berupa urat yang membujur dari pangkal ke ujung. Dipercaya bahwa pemilik
badik tersebut senantiasa akan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan dalam
kehidupannya bersama dengan segenap kaum kerabatnya. Sedangkan untuk mendapatkan
kesabaran, maka dipercaya harus memiliki Kawali Lasabbara.Kawali Ilakkoajang adalah
jenis badik yang dipercayai sebagai senjata yang mampu mendatangkan wibawa serta
derajat yang tinggi.Badik ini memiliki motif guratan di seluruh tubuhnya. Sementara itu,
bagi yang menginginkan kemenangan dalam setiap pertarungan hendaknya memiliki
Kawali Latenriwale. Badik yang memiliki motif berupa bulatan oval pada bagian ujungnya
ini dipercaya dapat membangkitkan sifat pantang mundur bagi pemiliknya dalam setiap
pertempuran.Bila dipercaya terdapat badik yang mengandung kebaikan, demikian pun s
ebaliknya terdapat badik yang mengandung kesialan. Kawali Lasukku Ja’na adalah badik
yang dianggap amat buruk. Bagi siapapun, Kawali Latemmewa merupakan badik yang sangat
tidak baik, karena dipercaya badik ini tidak dapat menjaga wibawa dan kehormatan pemiliknya.
Menurut kepercayaan, pemilik badik ini tidak akan melakukan perlawanan kendati ditampar
oleh orang lain.Sejalan dengan kepercayaan tersebut, terdapat Kawali Lamalomo Malaweng
Tappi’enngi yang memiliki motif berupa guratan tanda panah pada bagian pangkalnya.
Dipercaya, pemilik badik ini seringkali terlibat dalam perbuatan zina. Badik ini memiliki
kepercayaan yang berlawanan dengan Kawali Lamalomo Rialawengeng. Konon kabarnya
pemilik badik seperti ini seringkali istrinya melakukan perzinahan dengan lelaki lain.
Apapun kekuatan sakti yang dipercaya dikandung oleh sebuah badik, badik tetaplah
sebuah benda budaya yang akan meningkatkan identitas diri seseorang, terutama bagi
kaum lelaki. Seperti kata orang Makassar mengenai badik “Teyai bura’ne punna tena
ammallaki badik” (Bukan seorang lelaki jika tidak memiliki badik), begitupun dengan
kata orang Bugis “Taniya ugi narekko de’na punnai kawali" (Bukan seorang Bugis jika tidak
memiliki badik).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar